Food and Drug Administration (FDA) kini mengharuskan semua produk makanan kemasan mencantumkan label free trans fatty acid pada kemasannya. Perubahan tersebut tampaknya adalah hal yang kecil, kecuali bagi mereka yang mengetahui manfaatnya. Trans fatty acid juga sering disebut dengan trans fat.
Apakah trans fat itu dan apa buruknya bagi kesehatan? Trans fat berperan seperti lemak jenuh, yaitu dapat meningkatkan kolesterol LDL (lemak jahat) sehingga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Trans fat terdapat pada berbagai jenis makanan yang juga mengandung lemak jenuh tinggi, misalnya margarin, crackers, permen, kue, cookies, makanan ringan, goreng-gorengan, dan berbagai jenis makanan yang diproses dengan mencampurkan minyak sayur yang terhidrogenasi.
Trans fat terbentuk saat hidrogen dicampurkan ke dalam minyak sayur yang disebut hidrogenasi. Hidrogenasi dapat meningkatkan daya tahan dan kestablian rasa dari makanan yang mengandung lemak tersebut.
Dengan meneliti daftar nutrisi yang terdapat pada kemasan makanan, maka kita dapat memilih makanan yang memiliki kandungan lemak jenuh, trans fat, dan kolesterol yang lebih rendah. Untuk lemak jenuh dan kolesterol, gunakanlah petunjuk produk yang mencantumkan tulisan 5% atau kurang untuk kandungan lemaknya. Jika pada produk tersebut mengandung lemak lebih dari 20% untuk lemak jenuh dan kolesterol, maka dikatakan lemaknya sudah sangat tinggi.
Jika makanan yang dikonsumsi tertera label bertuliskan lemak jenuh atau trans fat diubah menjadi bentuk mono atau polyunsaturated fat, itu artinya lemak tersebut tidak menyebabkan peningkatan kolesterol LDL (lemak jahat) atau dikatakan tidak menimbulkan bahaya peningkatan kadar kolesterol. Makanan yang memiliki kandungan monounsaturated fat terdiri dari minyak zaitun dan minyak jagung, sedangkan sumber polyunsaturated fat terdiri dari kacang kedelai, jagung, minyak bunga matahari, dan berbagai jenis kacang-kacangan. Pilihlah minyak sayur yang berasal dari kelapa dan minyak biji palm.
Pertimbangkan juga untuk mengonsumsi ikan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa konsumsi dua potong ikan per minggu dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner. Sebagian besar jenis ikan memang mengandung lemak jenuh yang lebih rendah dibandingkan dengan daging. Yang temasuk ikan dengan lemak tak jenuh yaitu makarel, sarden dan salmon, yang juga mengandung asam lemak omega-3.
Selain itu, pilihlah makanan rendah lemak jenuh seperti produk yang mencantumkan label bebas lemak trans atau lemak 1%, daging bebas lemak, daging unggas tanpa kulit, gandum, sayuran dan buah-buahan. Cobalah untuk mengonsumsi kurang dari 10% lemak jenuh dan kurang dari 300 mg kolesterol per hari serta mengurangi sesedikit mungkin makanan yang mengandung trans fat.